Selamat Datang di Website PP. Nurul Islam
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam
Dr. KH. Ahmad Siddiq, S.E., M.M. adalah pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam yang memiliki dedikasi tinggi dalam mendidik generasi muda dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin. Dengan latar belakang pendidikan pesantren yang kuat dan pengalaman bertahun-tahun, beliau berperan penting dalam membimbing dan mengarahkan santri-santri untuk menjadi generasi yang unggul, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi umat.
Dr. KH. Ahmad Siddiq, S.E., M.M. lahir pada 1 Juli 1973 di Kedali, Pucuk, Lamongan dari pasangan Bapak Warijan dan Ibu Sukaini. Beliau merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Kedua orang tua beliau meninggal saat beliau masih kecil. Alhasil, sang kakak tertua menjadi tulang punggung keluarga.
Kiai Siddiq kecil dipondokkan oleh sang kakak tertua karena sang kakak mementingkan masa depan adik-adiknya. Beliau masih ingat kata-kata sang kakak yang membuatnya bertekad untuk menuntut ilmu di pesantren, "Awakmu kudu mondok, nek gak mondok awakmu bakalan ngamen sakurip" (Kamu wajib mondok, kalau tidak mondok kamu akan jadi pengamen seumur hidup).
Selain nyantri, beliau juga mengajar santri-santri yang lebih kecil setiap selesai salat subuh. Jumlah kitab yang beliau ajarkan ada 4 jenis, yaitu:
Tak hanya itu, beliau juga ngabdi kepada KH. Tholhah sebagai pemomong anak-anak Sang Kiai yang masih berusia bayi. Hal ini terus dilakukan beliau hingga kuliah di perguruan tinggi.
Tak terasa, Kiai Siddiq muda telah lulus pendidikan SLTA. Beliau memutuskan untuk meneruskan pendidikan di perguruan tinggi. Beliau kemudian memilih Universitas Airlangga jurusan Hubungan Internasional sebagai kelanjutan studi beliau. Luar biasa, beliau mampu lolos dari tes masuk kuliah jurusan Hubungan Internasional yang terkenal sulit. Beliau diterima dan bisa memasuki perkuliahan. Sebelum berangkat, beliau sowan terlebih dahulu kepada Sang Guru.
Namun, rupanya KH. Mas Tholhah kurang merestui keputusan Kiai Siddiq muda tersebut. Hal ini segera ditangkap oleh Kiai Siddiq muda dan direspon cepat dengan pembatalan masuk kuliah di Universitas Airlangga jurusan Hubungan Internasional. Beliau kemudian memilih kuliah di Universitas Islam Sunan Giri Surabaya jurusan Manajemen. Untuk keputusan beliau ini, tampaknya KH. Mas Tholhah merestui.
Berangkatlah Kiai Siddiq muda menuntut ilmu hingga mencapai jenjang S1. Tiap hari, beliau pulang-pergi dari pondok menuju kampus hanya dengan berjalan kaki sejauh 6 kilometer. Beliau melakukan ini tanpa pernah mengeluh karena beliau sadar, keberkahan dan kemanfaatan ilmu hanya dapat dicapai melalui proses yang panjang dan melelahkan terlebih dahulu.


Every action, no matter how small, can make a world of difference in
the lives of those affected by disaster. Whether it's a donation.